Selasa, 24 November 2015

Softskill-Puisi

CINTA

Cinta itu tak butuh bukti
Cinta bukan lagi penantian, melaikan hal yang bisa dirasakan dan dipahami
Cinta bukan lagi laksana, bukan seperti, juga bukan bagaikan
Cinta adalah cinta, dan itu cinta
Cinta memberi bukan diminta
Cinta memberi dan menerima
Karena…
Bukti hanya untuk orang-orang yang meragukan cinta

Softskill-Cerpen

One and Only
Oleh: Erliandra O E


Meski waktu datang dan berlalu sampai kau takan bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanya kaulah yang ada direlungku
Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau takkan terganti…  ♪♪♪

Sampai kapan kamu akan terus memutar lagu itu sa? Lihat sudah jam berapa ini, sudah malam begini dari tadi belum ada satu pun tugas yang kamu kerjakan. Bahkan tugas kelompok kita buat besok yang seharusnya giliran kamu yang mengerjakan, malah diangurkan saja sejak tadi. “ujar kinanti, sambil mengambil handphone ku dan mematikan lagu yang lagi asik aku dengarkan”

Uhhh…. Dasar kinanti bawel, tidak bisa melihat temannya senang sedikit. “ujarku, dalam hati”. Iya kinanti teman kosan ku yang paling cantik, ini aku kerjakan tugas kelompoknya yaaa BAWEL!. “ujarku, kepada kinanti”. Tapi ngomong-ngomong entah kenapa, aku jadi sering memutar lagu ini sejak tadi pagi itu pun karena aku tidak sengaja mendengar lagu ini di jalan. Mungkin aku hanya menyukai irama dari lagunya, liriknya? Ah entahlah itu untuk siapa.

. . . . . . . . . . .

Resaaaa...... Bangun!!! “Ujar kinanti, sambil menarik guling ku”. Jam berapa ini? “Tanyaku kepada kinanti”. Jam 9.10 “jawab kinanti”. Serius kamu ti? Kenapa baru membangunkan ku jam segini, kita masuk kelas jam 9.30. Aku belum mandi, dan…. Astaga tugas kelompok kita belum semuanya aku selesai kan semalam. “ujarku, sambil mengacak-acak kertas tugas yang masih berantakan sejak tadi malam”. Kinanti pun hanya menatapku kesal dan langsung keluar meninggalkan kamar kosanku. 20 menit kemudian, tugas kelompok ku selesai. Tepat pukul 9.30 semua tugas selesai. Aku beranjak dan langsung membereskan tugas-tugas kemudian memasukkannya kedalam tas dan berlari sekencang yang aku bisa. Mandi? Oke, Skip mandi untuk pagi ini.

Pukul 9.33 aku sampai kelas dengan nafas yang tinggal sisanya. Kosan ku memang sangat dekat dengan kampus. Beruntung dosen belum ada dikelas. Tak berapa lama  setelah aku duduk dan meminta minum kepada kinanti, si Asep ketua kelas kami, masuk dan memberi kabar bahwa dosen mata kuliah pertama, dosen yang beberapa hari lalu mewanti-wanti kita untuk mengerjakan tugas kelompok dengan benar, dosen yang bilang bahwa tidak ada toleransi waktu dalam pengerjaan tugas, yang apabila kita telat maka… “BYE” nilai kita, ternyata “Tidak hadir hari ini dikarenakan beliau sedang pergi keluar kota”. “EM…” “ujarku, dalam hati”.

Dosen tercinta banget lah emang dia sa, iya kan? Hahahaha. “ujar kinanti, mengejek ku”. Eh ngomong-ngomong ini tugas kelompok kita kok bisa selesai? Cepat banget kamu mengerjakan tugasnya, padahal tadi aku membangunkan kamu jam 9.10 terus kamu sampai kelas jam setengah sepuluh lewat, kok bisa? Belum lagi kamu mandinya, atau jangan-jangan kamu enggak mandi ya? “Tanya kinanti, setengah mengejek”. Udah selesai nanyanya? Udah selesai nuduh orang enggak mandinya? Yang penting tugas kelompok sudah ku selesaikan semua, terus… nih cium nih cium enggak kecium emang aku udah wangi banget kayak gini juga. “ujarku, dengan sedikit kebohongan”. Sedikit? Iya sedikit iya hahaha.

. . . . . . . . . .

Akhirnya dari pada bosan di kelas, kinanti mengajakku ke gelanggang olahraga yang tempatnya tidak terlalu jauh dari gedung fakultas kami. Disana sedang ada kompetisi futsal antar universitas. Setelah membeli makanan ringan didepan gelanggan olahraga, Aku dan Kinanti langsung masuk dan menyusul teman-teman kelas yang lainnya yang sudah terlebih dulu sampai di GOR. Belum sempat duduk dengan nyaman, tiba-tiba mataku menuju keseseorang, seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya, mungkin dia mahasiswa dari universitas lain yang sedang mengikuti kompetisi di universitas kami.
Sa… makan sendirian aja, bagi-bagi sini makanannya. “ujar Rio, sambil merampas makanan dari tangganku”. Kinanti mana yo. “tanyaku kepada Rio”. Ternyata kinanti sedang bersama sinta duduk dibelakang beberapa baris dari tempat ku duduk. Aku pun langsung menghampiri kinanti dan membisikkan sesuatu ke Kinanti. Ti liat cowok itu deh (cowok yang sempat ku lihat tadi), dia mirip vokalis band … itu masa. “ujarku ke kinanti”. Kamu jauh-jauh pindah kebelakang Cuma mau bilang itu doang? Yang mana sih? Oh yang itu. Iya emang? Masa sih? Emang mirip? Mmmm iya sih sedikit. “ujar kinanti”. Eh sa yang itu bukan Sa? Yang pake jaket biru ya Sa? Sa kok ganteng ya Sa hahaha “ujar Sinta”. Lah “tengokku, ke sinta”. Sinta dan kinanti, dua orang yang paling dekat dengan aku di kelas. Kalau soal liat cowok ganteng aja nomor satu. “ujarku, ke sinta”.
Woy udah ada dosen… liat grup kelas, si ucup bilang dosen udah ada dikelas “teriak Bintang”. Semua langsung rusuh seketika, padahal lagi asik-asiknya nonton futsal. Saat itu pun si sinta menarik kerudung ku dari belakang “Sa tunggu… itu si cowok tadi, yang tadi itu, tuh liat itu. Dia baru mau mulai futsal sa setelah ini, tuh kan malah engga bisa nonton kita sa. Sa liat kostum belakangnya sa ada namanya”.
. . . . . . . . . .
Pukul 15.30 mata kuliah terakhir selesai. Karena besok hari sabtu dan besok  tidak ada jadwal kuliah, aku mengajak Sinta dan Kinanti untuk berjalan-jalan, tidak langsung balik kekosan. Sin, Ti makan cari makan yuk didepan kampus sekalian jalan, jangan langsung balik kekosan. Besok kita engga ada jadwal ngampus ini kan “Ajakku, ke Sinta dan Kinanti”. Sesampainya ditempat makan. Ternyata tempat makan yang biasa aku kesana bersama Kinanti dan Sinta penuh sekali, mungkin karena ada kompetisi futsal antar universitas jadi lebih ramai dari biasanya.
Duh apa apaan sih nih, ini tempat makan apa pasar malam sih ramai banget. Pindah aja yuk sa, jangan disini. Cari tempat makan yang lain. “Ujar Sinta, dan Kinanti pun mengiyakan”. Yahhh tapi aku lagi pengen banget ayam bakar disini Sin, disini aja sih, bentar lagi juga sepi. Tuh cepet masuk yuk, disebelah sana ada tempat duduk yang kosong tuh, yuk yuk. “Ajakku, ke Sinta dan Kinanti”. Setelah kami duduk, kami pun langsung memesan makanan. Kemudian…. ada beberapa cowok yang masuk dan duduk disebelah meja, and do yo know who’s there? Yap, dia salah satunya. Seseorang yang namanya baru saja masuk kerekaman bagian otakku tadi pagi J
Saaa…. Liat sa sebelah cepet, kamu tau itu siapa… “Bisik sinta, kepada ku”. Itu yang tadi pagi kamu bilang mirip siapa itu sa. “Kinanti menimpali”. Iya si Reza namanya, tadi aku sempet liat namanya dibelakang kostum futsalnya. Duh jodoh kali ya, tadi pagi ketemu terus sekarang ketemu lagi. “Ujar sinta, sambil tersenyum menjengkelkan”. Maybe. “Jawabku”.
Kami bertiga lebih dahulu menyelesaikan makan dengan sempurna hahaha, namanya juga anak kosan kalo ada makanan ya langsung cepat habis dan harus habis karena kalau kita menyisakan makanan, kita akan merasa sangat bersalah ketika lapar melanda dikala tak ada makanan sedikit pun dikosan. Maka saat itu pula kita bersumpah sumpah menyesal karena tak menghabiskan makanan. Meja makan kita deket dengan pintu samping bagian tempat makan, belum genap kaki melangkah keluar pintu tempat makan itu, tiba-tiba…..
“Eh tunggu….”. Aku samar samar mendengar suaranya, namun aku tetap melangkah keluar. Tapi suara itu semakin kencang dan aku pun menoleh kebelakang. “Tunggu” perintanya. Ternyata… itu Reza pemain futsal dengan nomor punggung 32. Aku sedikit bingung, kemudian aku bertanya “Iya kenapa?”. Ini kau meninggalkan dompet mu dimeja, benarkan ini milik mu? “Tanyanya”. Eh iyaa ini dompet mu kan sa, Thanks yaa. “Ujar sinta, dengan semangat yang berlebihan”. Aku baru ingat tadi aku sempat mengeluarkan dompet ku dari tas, tapi sepertinya aku lupa memasukkan lagi dompet ku ke tas, by the way Thanks yaa. “Ujarku”. Iya sama sama ya, lain kali jangan sampai lupa sama dompetnya hahaha. “Guraunya”. Astagaaaaa dia manis banget yaa. “Ujar kinanti dan sinta”.
Akhirnya sampai kosan juga.”Ujar sinta”. Lebay banget kamu sin, tempat makan tadi sama kosan juga engga jauh banget kan. “sanggah Kinanti”. Udah masuk sini, tutup pintu kamarnya cepat banyak nyamuk nanti. “ujarku”. Hari ini kami sepakat untuk yang mandi lebih dulu itu aku kemudian kinanti dan terakhir sinta. Kinanti sempat mengejek ku dan menyuruh ku mandi duluan karena tadi pagi aku tak sempat mandi pagi hehehehe.
Lamaku memendam rasa di dada
Mengagumi indahmu wahai jelita
Tak dapat lagi kuucap kata
Bisuku diam mempesona
Dan andai suatu hari nanti kau jadi miliku
Tak akan kulepas dirimu kasih
Dan bila waktu mengijinkanku untuk menunggu dirimu
Kurasa ku tlah jatuh cinta
Pada pandangan yang pertama
Sulit bagiku untuk bisa
Berhenti mengagumi dirinya
Seiring dengan berjalannya waktu
Akhirnya kita berdua bertemu
Oh diriku tersipu malu
Melihat sikapmu yang lucu
Oh tuhan tolonglah diriku
Tuk membuatnya menjadi milikku
Sayangku
Kasihku
Oh cintaku
He’s all that I need. ♪♪♪
Jadi itu lagu yang sejak aku dikamar mandi sampai aku selesai mandi dinyanyikan oleh mereka berdua. Mungkin mereka kekenyangan ayam bakar yang barusan kami makanan tadi atau mungkin mereka ketempelan makhluk halus saat kami jalan pulang tadi sore, entahlah. Eh sa lagunya pas banget nih buat si 32 tadi hahaha “ejek kinanti”. Emmm “Jawabku”. Besokan libur ya, nonton film yuk dilaptop mu sa, nih aku ada film baru dari asep tadi pagi. “Ujar Sinta”. Iya, kalian mandi dulu tapi sana, setelah semua mandi baru kita nonton. “Ujarkku”.
. . . . . . . . . . . .
Nonton apa nih kita Drama? Action? Horor? “Tanyaku”. Mending kita ngedrakor (Drama Korea). “Ujar sinta”. Ya udah yuk. “Jawabku”. Beberapa jam kemudian, kira-kira pukul 10.30 malam, ternyata sinta dan kinanti sudah berada dialam mimpi. Dasarrrrr Kinanti dan Sinta tadi bilang mau tidur malam sekalian menghabiskan episode drama koreanya, ini baru juga 3 episode udah pada tidur. “Ujarku dalam hati”. Nonton drama sendirian sepertinya membosankan akhirnya aku login twitter yang sudah lama tidak aku buka. Ternyata ada beberapa notif dari teman-temanku. Setelah membalas mention dari merek, tiba tiba aku teringat oleh pemain futsal dengan nomor punggung 32 tadi. Oke jadi ini mungkin bakat terpendamku menjadi stalker hehehe.
Aku search namanya “Reza” tapi cuma itu yang aku tau, nama lengkapnya aku tidak tahu. Hanya nama Reza yang aku tahu padahal ada beribu ribu orang bernama reza didunia. Tidak menyerah seperti itu, akhirnya aku mulai mencarinya lewat universitasnya. Aku cari univeritasnya masih juga sulit ditemukan. Lalu aku mencoba mencarinya lewat grup futsal uversitasnya dan……. ketemu. Aku dapat twitternya. Dari twitternya aku tahu nama lengkapnya, jurusan dan fakultasnya, semua informasinya sampai akun instagram, facebook, sampai blognya. Dan yang terakhir aku tahu kalau dia……
Jadi itu namanya, bagus juga namanya. Coba ah cari instagramnya. “Ujarku dalam hari”. Semua mudah kalo aku sudah menemukan twitternya. Ternyata mereka satu SMA dan beda universitas sekarang. Yap Delia. Iya namanya Delia. Nama pacarnya Reza itu Delia.
Woyyyy ini laptop kenapa ga ada yang matiin, semalaman nyala gini, ini juga twitter siapa nih? Delia? Delia siapa ini? Anak jurusan apa? Ini siapa yang abis buka twitter? “Ujar sinta, yang baru saja bangun”. Apaan sih sin berisik banget pagi-pagi. “Ujar kinanti dengan kesal”. Samar-samar aku mendengar mereka berdua ribut-ribut. Twitter? Delia? Aku pun langsung kaget terbangun. Eh sini laptopnya, sini aku yang matiin, tinggal matiin laptop aja pake berisik gitu sih kamu sin. “ujarku kesal”.
Sampai siang si Sinta masih bawel menanyakan siapa Delia tapi, awalnya aku tidak berniat menceritakan ini kemereka, tapi si bawel Sinta memaksa dan akhirnya aku menceritakan semuanya. Jadi kamu sampe segitunya sa, nyari info tentang dia? “Tanya Sinta”. Aku cuma iseng doang kok, tadinya mau terusin nonton drama, tapi engga seru kalo nonton drama sendirian. Lagi pula nanti pasti kamu mengulang dramanya dari awalkan dan nanti aku tontonnya berulang ulang. “sanggah ku”. Tidak usah kebanyakan alasan kamu, bilang aja kalau kamu suka kan sama dia. “Ejek Sinta”. Apanya yang suka baru juga ketemu kemarin, sempat ngobrol juga gara-gara dompet ku ketinggalan dan dia yang mengantarkannya kepada ku, ya kali aku langsung suka sama dia gitu “ujark ku”.
. . . . . . . . . . .
Ternyata team futsal dia masuk sampai babak final, dan minggu-minggu ini aku sering ketemu dia. Bahkan senin kemarin aku sempat ngobrol banyak karena ketemu dia dikantin kampus. Dan beberapa hari setelahnya, kita berjanjian untuk makan siang bersama saat dia masih mengikuti kompetesi futsal di univeritasku. Sedikit banyaknya aku tau tentang dia, bukan karena medsos tapi secara langsung. Dari dia berbicara, dari cerita-cerita yang sempat ia ceritakan. Seseorang yang menurut aku “One in an Billion”.
Beberapa tahun kemudian…
Dikelas perkuliahan baru. Kelas benar-benar diacak, sinta dan kinanti entah ada dikelas mana sekarang. Dan lagi-lagi aku melihat seseorang yang awalnya aku pikir dia seseorang itu mirip dengan reza. Sekilas dari wajahnya seperti mirip. Aku sempat pula bercerita ke sinta dan sinta bilang wajahnya mirip dengan Reza. Tapi “One in a billion” itu cuma untuk Reza. Iya Reza itu One in a Billion tapi seseorang itu “One and Only” J .